Assalamu’alaikum
sahabat Traveler :-D :-D ,, dalam post ini kita akan berbicara tentang gunung
sumbing dan pengalaman traveler saat menjejakan kaki disana.
Sahabat traveler
Gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi ke tiga di pulau jawa dan juga masuk
dalam salah satu dari tujuh pilar Pulau Jawa yang memiliki ketinggian 3371 Mdpl
loh… :-D :-D dan berada di 3 wilayah yaitu Wonosobo, Temanggung, dan Magelang.
Gunung Sumbing juga merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah setelah
Gunung Slamet yang menjulang megah setinggi 3428 Mdpl sahabat traveler woaaw
dulu hehe :-D .
Sahabat traveler
Gunung Sumbing juga merupakan saudara kembar dari Gunung Sindoro yang berada
tepat di sebelah utaranya layaknya Gunung Merapi dan Merbabu. Meski tingginya
berbeda tp mereka sudah dianggak sebagai saudara kembar, karena kembar tak
mesti sama yaa dan sama tak mesti mirip,,,aah udah oke skip hehe.
Gunung Sumbing
terkenal dengan medan atau jalur pendakian yang 99.9%
menanjak dan sangat jarang dijumpai trek bonus atau landai.
Gunung ini memang merupakan gunung dengan trek terberat diantara gunung lainnya
yang ada di Jawa Tengah loh sahabat traveler, belum lagi ditambah sumber air
yang cukup sulit dujumpai di gunung ini. Edan lah nya hehehe. Ada beberapa
jalur pendakian pendakian yang dapat dilewati untuk mencapai puncak gunung
sumbing, yaitu jalur Garung (Wonosobo), Cepit (Temanggung), dan Mangli
(Magelang). Oke skip, langsung cerita..!!! :-D :-D
Sahabat Traveler
dalam pendakian kali ini tim kami berjumlah 6 orang yang terdiri dari 5 lelaki
jantan yaitu Sekarmaji_landscaper (saya), Dede Dey, Levi, Iqbal, Rubi dan 1
wanita tangguh yaitu Ismaha hehe :-D .
Jangan tanyakan
saya di photo ini karena saya yang motret :-( :-( . Tapi tenang saya junga
minta di photoin #SakaliEwangAtuh :-D dan inilah saya….jeng jreng….
Kami (5 lelaki
jantan) berangkat dari dari terminal Sukabumi dengan bus MGI Sarana
Transfortasi Anda AC eaaa haha tujuan Bandung pada hari kamis februari 25 2016,
lalu sesampainya di terminal leuwi panjang bandung kami naik bus kota alias
DAMRI Jauh dekat Goceng hehehe menuju terminal cicaheum. Sesampainya d terminal
cicaheum kami sudah ditunggu satu anggota tim kami yang paling cantik satu²nya
karena gak da lagi hehe :-D . Setelah istirahat dan melaksanakan sholat kami
membeli tiket Bus Budiman karena kami pendaki yang berbudi-Man :-D :-D jurusan
Bandung – Wonosobo (Kami Menggunakan Bus Malam). Sesampainya diterminal
wonosobo sekitar jam 03.00 pagi kami langsung disambut meriah ditengah sepi dan
dinginnya malam oleh seorang kondektur ANGKUDES alias angkutas desa sambal
bertanya dengan nada supporter bola distadion “Sindoro Sumbing”
#berkali² dengan logat jawa yang
medhok wkwkwk… :-D :-D lalu kami diantarkan
ANGKUDES itu ke jalur pendakian Garung – Wonosobo. Sesampainya di garung kami
berjalan sekitar 300 meter menuju basecamp Sumbing yng sudah dipenuhi para
pendaki yang sedang tidur dan beristirahat.
Sahabat traveler
Pendakian gunung sumbing via jalur garung ini merupakan jalur paling ramai dan
juga jalurnya sangat jelas dengan tanda jalur yang sudah disediakan oleh pemuda
setempat. Pendaki tinggal mengikuti jalur yang sudah ada dan tidak memotong
kompas. Jalur garung juga memiliki dua jalur yaitu:
Jalur Lama: Jalur ini merupakan jalur
yang bisa saya bilang jalur tanpa bonus, kalaupun ada tidak sampai semenit
sudah nanjak lagi, tanjakannya tidak manusiawi ketika di engkol-engkolan.
(pengalaman yang saya rasakan ketika turun dengan melihat jutaan bahkan ribuan
ekspresi para pendaki yang menggunakan jalur lama ini).
Jalur Baru: Jalur yang menjadi pilihan
banyak pendaki karena jalurnya masih terbilang manusiawi dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan wkwkwk.
Kedua jalur ini
pada akhirnya akan bertemu dan menjadi satu jalur lagi ketika mendekati Pos
Pestan.
Di basecamp
sumbing kami istirahat dan memFvcking eh
mempacking ulang cerril masing² lalu melaksanakan solat subuh berjamaah di
masjid desa setempat. Setelah sarapan kami memutuskan untuk memulai pendakian
kami pada jam 07.00 dengan menggunakan jalur baru dan akan turun melalui jalur
lama biar bisa naik ojek yang aaaahhh kalian pasti tau wkwkwk.
Base
Camp - Pos 1 Kedung/Bosweisen (KM III)
Dari basecamp
menuju pos 1 jalur baru, kami memutuskan untuk berjalan kaki, karena prinsip
kami pendaki tidak akan berhenti berjalan kaki (kecuali pulang, soalnya itu
bukan mendaki tapi menuruni hehehe).
Kita akan berjalan
melewati masjid desa, stasiun pemancar TVRI dan akan menemukan sebuah
persimpangan jalan, jika lurus menuju pos 1 jalur lama yang bisa menggunakan
OJEG ZETKOSTERR wkwkwk.. :-D jika menggunakan
jalur baru kita harus belok kanan dan teruss menanjak tanpa bonus hingga
melewati batas antara lahan pertanian warga dan kawasan taman nasional dengan
ciri kita akan menemukan tanda POS 1 KEDUNG/BOSWEISEN dekat sungai kecil yang
mengalir dengan jernih dan segarnya air. Disana kita istirahat sebentar dan
bisa sambil mengisi penuh seluruh botol persediaan air untuk ke puncak. Jarak
tempuh menuju Pos 1 sekita 1-2 jam perjalanan.
Pos
1 Kedung/Bosweisen – Pos 2 Gatakan (2240 Mdpl)
Perjalanan dari
Pos 1 menuju Pos 2 akan bertambah berat karena bawaan kita akan bertambah beban
dengan persediaan air yang cukup banyak dan track yang semakin menanjak.
Perjalanan menuju Pos 2 bisa kita tempuh sekitar 1 jam sampai 1 ½ jam. Sampai
kita menemukan sebuah shelter yang sangat indah dan nyaman untuk beristirahat
hehe dengan dataran yang cukup luas beserta plang tanda Pos 2 Gatakan.
Sesampainya di Pos
2 kami memutuskan untuk istirahat cukup lama sambal memasak untuk makan dan
minum kopi serta energen favorit. Namun sayang sungguh sayang setelah makan dan
minum sambal istirahat tiba-tiba cuaca berubah dari cerah menjadi mendung
pertanda kawanan hitam mulai menutupi langit biru dan kawanan putihnya. Hujan
pun turun cukup lama sampai akhirnya kami memutuskan untuk berubah bentuk dari
mode kering ke mode basah yup pake ponco gengs…kecuali saya dan isma yang tetap
memilih mode kering melawan hujan hehe…setelah hujan sedikit reda kami pun
memulai perjalanan menuju PESTAN dimana titik pertemuan antara jalur lama dan
jalur baru.
Pos
2 Gatakan – Pestan (2437 Mdpl) – Pasar Watu
Mendaki gunung
sumbing dengan menggunakan jalur baru kita tidak akan menemukan Pos 3, dari Pos
2 Gatakan kita akan langsung bertemu check point dimana jalur lama dan jalur
baru bersatu kembali menjadi satu jalur menuju puncak.
Selama perjalanan
menuju Pestan kami sudah tidak fokus mendokumentasikan perjalanan, semua
dikarenakan cuaca yang semakin tidak baik. Hujan semakin deras dank abut pun
semakin tebal turun menyelimuti perjalanan kami. Perjalanan dari Gatakan menuju
Pestan kami tempuh dalam waktu sekitar 1½ jam. Saking tebalnya kabut tanda kami
sudah di pestan pun tak terlihat sama sekali. Tak sadar kami pun sudah melewati
pestan dan terus melawan tebalnya kabut dan kencangnya angin, melangkahkan kaki
setapak demi setapak dengan track menanjak bernuansa tanah yang sangat licin.
Kami hanya tertuju pada track bebatuan besar yang sudah menanti kedatangan
kami, bebatuan itu terasa dekat di mata jauh di kaki…wkwkwkwk sambal sesekali
berdiri sejenak sambal minum dan mengirup segarnya udara di punggungan utara
gunung sumbig.
Perjalanan terus kami
lanjutkan hingga kami terpaksa berhenti dan berlindung di bawah batu besar
sambil membentangkan flysheet karena badai hujan dan angin kencang, serta kabut
tebal dan petir didepan mata pun menyapa tim kami yang saat itu kami satu²nya
tim yang mendaki. Hingga badai berlalu kami pun kembali melanjutkan perjalanan.
Langkah kaki tak
mau berhenti Saya, Ismaha dan Dede Dey terus melangkah didepan, sedangkan Rubi,
Levi serta Iqbal berada di belakang sambal sesekali beristirahat karena
kelelahan akibat cuaca dan beban yang dibawa cukup berat. Hingga saat saya yang
berada paling depan sadar setelah melewati tanjakan berbatu yang amat terjal
didepan mata terlihat plang tanda bahwa kami sudah sampai Pasar Watu. Jalur
dari pestan menuju pasar watu merupakan punggungan utara gunung sumbing yang
sangat terbuka jadi tidak disarankan mendirikan tenda disana.
Pasar
Watu – Watu Kotak
Hari semakin sore
dan gelap sebagian dari anggota kami yaitu Rubi, Levi dan Iqbal sudah putus asa
dan ingin segera mendirikan tenda dan istirahat. Tapi kami berencana mendirikan
tenda di watu kotak setelah melihat track tebing yang licin karena diguyur
hujan ketiga anggota kami pun memeutuskan kembali dan mendirikan tenda diantara
bebatuan besar di Pasar Watu. Sedangkan Saya, Ismaha dan Dede Dey terus
melanjukan perjalanan menuju Watu Kotak. Watu Kotak merupakan lokasi paling
diminati para pendaki untuk mendirikan tenda, karena jarangnya yang tidak
terlalu jauh dengan puncak, namun watu kotak tidak bias menampung tenda lebih
dari 4/5 tenda.
Track berbatu dan
menanjak menjadi ciri khas dari perjalanan ini hingga akhirnya kami sampai di
Pos Watu Kotak sekitar jam 17.30. ternyata di Watu Kotak sudah ada 3 tim yang
mendirikan tenda beruntung masih ada 1 space lahan yang bisa kami gunakan untuk
mendirikan tenda. Tenda belum selesai didirikan tiba² hujan kembali turun
sehingga memaksa kami untuk mendirikan tenda dengan buru² lalu masuk dan
beristirahat di dalam tenda. Tak lama kami beristirahat ternyata tenda sebelah
mengumandangkan adzan maghrib membuat hati begitu tentram dan damai. Kami pun melaksanakan
solat beritirahat sambal memasaka untuk makan malam lalu tidur.
Watu
Kotak – Puncak
Kami bertiga yaitu
Saya, Ismaha dan Dede Dey berencana melakukan perjalanan kepuncak pada jam 3
pagi untuk memburu indahnya mentari pagi yang menyinari bumi dari ketinggian
3371 Mdpl. Namun jam 2 kami terbangun dan cuaca hujan gerimis dengan angina
yang kencang, dengan penuh rasa khawatir kami tidur kembali. Jam 3 kami
terbangun cuaca pun masih begitu, hingga akhirnya jam 4.30 cuaca mulai membaik
dan kami memutuskan untuk segera mendaki menuju puncak sumbing 3371 Mdpl.
Ternyata tim lain pun berbarengan keluar tenda dan akan segera menuju puncak.
Track dari watu
kotak menuju puncak cukup mudah hanya saja menanjak yang cukup membuat lelah
hahaha,,, sebelum puncak kita akan melewati Pos Tanah Putih lalu
persimpangan yang menunjukan ke kanan menuju Puncak Buntu yaitu puncak
tertinggi Gunung Sumbing. Sedangkan kekiri menuju Puncak Kawah, karena Gunung
Sumbing memiliki 2 puncak layaknya Merbabu. Waktu yang kami tempuh sekitar 30
menit namun mentari sudah meninggi dan sedikit tertutup kabut jadi kami tidak
dapat melihat keindahannya saat itu.
Sesampainya di
puncak kami pun melaksanakan sholat subuh, sambil menunggu 3 orang tim kami
yang tertinggal di Pasar Watu dan tak kunjung dating ke puncak. Kami bertiga
yang sampai ke puncak pun menikmati suasan dan tidak terlewatkan Photo-Photo…
:-D :-D
Ini
dia Dede Dey Sang Penguasa Pasar Pangleseran Jl. Pelabuhan 2 Km. 12
Sukabumi
Ini
dia wanita tangguh yang mendaki tanpa lelah Sang Penguasa Universitas BSI
Bandung
Dan Ini lah sekarmaji_landscaper
sang dokumenter yang tidak diminta oleh siapapun
berikut adalah
sebagian Dokumentasi kami karena kalo di up semua
kebanyakan wkwkwkwk :-D
Demikianlah kisah
kami pendaki yang berharap alam kami tetap terawat dan terjaga segala keutuhan
dan keindahannya, semoga kita semua bisa saling menjaga dan melindungi negeri
kita ini. karena kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi
#Iklan
Singkat cerita
kami turun dengan penuh kabut, menggunakan jalur lama dan bertemu jutaan bahkan
ribuan wajah dan ekspresi manyun saat melewati
engkol-engkolan dan banyak yang bertanya masih jauh gak
mas #basabasiCape :-D
dan akhirnya kami
pun menuju basecamp menggunakan OJEG ZETKOSTERR
dan kembali pulang dengan selamat sampai Kabupaten terluas sejawa
bali men... mana lagi kalo bukan
Sukabumi.
NB: Kami Tidak
Mencantumkan Biaya Akomodasi De el el karena hal yang demikian itu tentatif dan
dapat naik turu kaya naik angkot kapan saja dan dimana saja...eaaa angkot
eaaa.... :-D

































Tidak ada komentar:
Posting Komentar